Anthurium Garuda [51]





Gelombang Cinta [52]






GelCin x J Naga [53]



Anthurium Hokeri Hitam [54]





MENGEJAR MITOS

pic21.jpgSetelah di warnai kelesuan di bursa tanaman hias, pertengahan tahun 2008 ini diperkirakan Anthurium si Raja Daun kembali akan menggebrak pasar tanaman hias Indonesia dengan berbagai varietas maupun Hybrid baru. Meski demikian permintaan terhadap berbagai jenis Anthurium Jenmanii BERKARAKTER seperti Jenmanii Cobra, Mangkok, KOL, Sawi juga mulai bertambah kencang. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya bursa transaksi terutama Anthurium Jenmanii kategori bibit dan ukuran remaja 15 cm di bursa tanaman hias dan sentra sentra Anthurium di Ngargoyoso, Jenawi, Karangpandan Kabupaten Karanganyar yang selama ini memang di kenal sebagai MARKASNYA ANTHURIUM. Salah satu pemicu menggeliatnya bursa tanaman hias khususnya Anthurium ini di duga dikarenakan kembali diadakannya berbagai event pameran dan kontes Anthurium dengan hadiah yang cukup menarik dan menggiurkan. Hal ini pada gilirannya memang memberikan dampak positif dengan kembali munculnya minat masyarakat untuk kembali mencari tanaman hias Anthurium kategori bibit maupun bakalan/bahan (ukuran remaja) yang hadir dengan harga jauh lebih terjangkau dan rasional.

Bibit-bibit jenmanii dari indukan BERKARAKTER seperti Cobra, Mangkok, Kol dan Sawi mendapatkan permintaan yang cukup signifikan dari berbagai kota besar di Jawa maupun Luar Jawa termasuk Bali dan Papua yang selama ini dikenal cukup adem dengan booming Anthurium tahun lalu, dibandingkan dengan daerah daerah lain di Indonesia. Meskipun permintaan bibitan jenmanii dari Indukan Jenmanii Cobra masih mendominasi. Hal ini di duga disebabkan karena Jenmanii yang satu ini memang masih menempati posisi harga termahal dan tak bergeming meski harga berbagai jenis Anthurium mengalami koreksi secara mendalam. Anthurium Jenmanii Cobra diakui atau tidak telah menjadi semacam MITOS sebagai jenis Anthurium Jenmanii paling bergengsi yang layak untuk di miliki.

Seiring dengan makin santernya permintaan akan bibitan jenmanii dari indukan COBRA tersebut maka gayung bersambut bermunculan pulalah berbagai penawaran jual bibitan jenmanii yang berlabel indukan Jenmanii Cobra Catalog. Tentu saja hal ini adalah lumrah, dan normal dalam sebuah mekanisme yang disebut sebagai PASAR.Tak pelak, dengan anthusiasme tinggi masyarakat terutama para penggemar baru tanaman hias Anthurium dengan dipenuhi rasa penasaran dan sebagian mungkin dibayangi bakal mendulang emas yang berlabel Jenmanii Cobra Catalog maka berapapun jumlah bibitan yang berlabel jenmanii Cobra Catalog di sapu bersih bahkan mungkin tanpa dibekali kesadaran yang cukup bahwa pembesaran Anthurium Jenmanii melalui biji sangat lebar peluang perbedaan dengan indukannya meski indukannya merupakan Anthurium Jenmanii BERKARAKTER.

Pada umumnya, pembelian bibitan jenmanii dari indukan Cobra (Cobra Catalog) tersebut hanya didasarkan dengan pertimbangan kasar dan panduan umum dengan melihat bibitan tiga atau empat daun nampak bagus, tebal (bahkan SUPER TEBAL),berbentuk bulat serta bertangkai pendek. Padahal, untuk jenis jenis jenmanii tertentu Cobra misalnya, meski tipis tetap mempunyai karakter bibit dan texture daun yang berbeda dengan bibitan jenmanii lainnya. Berdasarkan pengalaman, jenis jenis bibitan jenmanii yang paling banyak di gelontorkan ke pasaran dengan berlabel bibitan cobra catalog adalah bibitan jenmanii Mangkok dikarenakan bentuk daunnya yang membulat mirip bibitan cobra, serta bibitan silangan Jenmanii Naga dengan Jenmanii Sawi dikarenakan texture serat daunnya atau Naga dengan KOL.

Terlepas dari apakah bibitan cobra catalog dengan texture yang seperti akan dipaparkan berikut ketika dewasa nanti akan menjadi sama dengan induknya , namun jika anda bermaksud untuk MENGEJAR MITOS, tak ada salahnya mempertimbangkan pertimbangan bahwa meski berdaun lebar hampir mirip bibitan mangkok namun dari sisi ketebalan daun masih kalah dengan bibitan mangkok. Dari sisi serat daun juga berbeda dengan bibit jenmanii jenis lainnya. Serat daun bibitan jenmanii dari indukan cobra (cobra catalog) cenderung tidak kasar, berserat halus dan berdaun lebih lunak (lentur). Ukuran tangkai daun juga relatif. Meski ada juga yang muncul dalam bentuk bertangkai pendek kurang dari 1 cm, namun ada juga yang muncul dengan kondisi bertangkai sedikit panjang antara 2 sd 3 cm. Salah seorang rekan dari Karanganyar yang cukup berpengalaman dalam hal jenmanii Cobra Catalog justru lebih memilih bibitan yang muncul dengan tangkai sedikit lebih panjang dari yang lain untuk dimasukkan sebagai bibitan cobra berkualitas prima yang kecenderungan akan sama dengan induk jauh lebih besar di banding yang lain. Yang paling penting dalam mengamati dan mencermati bibitan dari indukan cobra catalog menurut beliau justru pada ketebalan daun, serat dan texture daun, serta posisi daun musti sudah menekuk ke dalam baik dari ujung daun ataupun pinggir daun. Paling bagus adalah jika mendapatkan bibitan Cobra dengan daun menekuk ke dalam mulai dari garis tengah daun. Jika bibitan Cobra tersebut berdaun terlalu tebal (super tebal) atau lebih tebal dari bibitan jenmanii mangkok, bertekstur dan serat daun kasar, daun cenderung keras atau kaku. Hanya satu kata beliau. Singkirkan..saja !! Waduh..!! Makanya ngga jadi jadi..!

Akhir Juli 2008

Nathanael - Inn Flowers Nursery

Sumber Data:
http://innflowers.com/ourstore/component/option,com_frontpage/Itemid,1/


Melonjak 700%

Semester pertama 2008 telah dilewati. Semua kalangan menyadari ekonomi global tengah amburadul. Harga minyak dunia melambung hingga US$130 per barel. Harga BBM sudah naik. Efek domino seperti kenaikan harga bahan pokok tak dapat dihindari. Belum lagi isu kompetisi bahan pangan dengan bioenergi memicu harga bahan pangan melonjak. Apalagi hari raya umat Islam tinggal dalam hitungan bulan. Intinya, kehidupan semakin sulit. Bagaimana nasib pemain tanaman hias?

Tentu saja harga kebutuhan nonprimer-seperti tanaman hias-ikut terpengaruh. Agenda belanja masyarakat untuk tanaman hias berada di deretan paling belakang. Kalangan pengusaha nonpertanian boleh bilang, apa kepentingan bisnis tanaman hias di tengah terpuruknya ekonomi global. Mereka menganggap peminat tanaman itu middle up. Namun, kalangan itu juga saat ini ikut waswas. Sejujurnya penggemar tanaman hias adalah segala kalangan, maka kalangan menengah ke bawah paling terpukul.

Padahal setahun lalu, masih segar dalam ingatan, pedagang tanaman hias mengalami euforia luar biasa. Pamor tanaman-anthurium dan aglaonema-melesat. Ia bahkan dipandang sebagai barang investasi. Masyarakat mengalami apa yang disebut gegar budaya, struktur otak di kepala jadi jungkir balik. Mengeja dan menghitung uang Rp100-juta dan Rp1-miliar seperti menghitung gula-gula meski tak tahu berapa jumlah nolnya. Anthurium seharga Rp30-juta-Rp75-juta dianggap biasa.

Kesurupan

Ketika itu-dari satu perspektif-Indonesia tampak makmur lohjinawi. Semangat kewirausahaan melambung tinggi. Ada bocah yang masih di sekolah dasar di Solo menjadi juragan anthurium. Setiap pulang sekolah, ia bermain SMS, tahu-tahu mengantongi jutaan rupiah. Saat itu Bupati Karanganyar Hj Rina Iriani mengaku pendapatan warganya mencapai Rp3-juta-Rp7-juta per bulan berkat anthurium. Karanganyar menjadi ibukota anthurium. Wonogiri, Magelang, Yogyakarta, dan Solo pun ikut jadi ibukota.

Kini kita terjaga dari kesurupan dan mimpi indah. Kenyataan tak sama dengan mimpi. Kita merasa heran jika mengenang tanaman hias berharga Rp1-miliar dan pernah menawar separuhnya. Kita kaget ternyata semua orang memiliki tanaman dari keluarga Araceae itu. Yang mengejutkan tanaman bersosok besar itu kini sudah beranak-pinak, menghasilkan puluhan sampai ratusan ribu bahkan jutaan biji atau bibitan. Dua tiga tahun ke depan mereka menjadi jutaan tanaman bersosok raksasa.

Kini tanaman itu hampir 'menenggelamkan' Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah. Setiap hari di Jawa Tengah terlihat orang sibuk mengangkuti anthurium ke mana saja, termasuk ke luar pulau untuk memasarkan dengan harga rendah. Dengan semangat, maaf, 'membuang limbah'.

Tanaman yang konon digemari para bangsawan itu kini ngumpul, beranakpinak, tumbuh, dan berkembang di sebuah ruangan yang tak berjendela atau berpintu. Bila tak ada upaya menjual ke luar negeri, mungkin giliran negeri ini yang bakal tenggelam. Pedagang tanaman hias kebingungan, tersinggung sedikit mengamuk karena mereka tengah memeluk bola panas yang belum sempat dilepaskan.

Dulu Gregorius Garnadi Hambali pernah dituduh sebagai 'orang sirik' karena selagi banyak orang menimang anthurium, ia menulis: 'lonceng kematian bisnis anthurium semakin dekat berdentang' (baca: Belum Tentu Seindah Induk, Trubus Oktober 2007). Rhenald Kasali pun pernah dihujat karena mengatakan bisnis anthurium seperti ikan lou han. (baca: Pop Marketing Anthurium, Trubus Desember 2007). Kenapa kita tidak waspada? Waktu itu kita bilang: Emang siapa Rhenald? Dia tak tahu tanaman.

Sesungguhnya yang membuat tekanan psikologis pedagang tanaman hias ialah teman yang dulu berdatangan mengaku pemain anthurium kini menghilang entah ke mana. Di saat sepi mencekam seperti ini, idealnya, kita saling bertemu untuk saling curhat. Nyatanya mereka menghilang. Kemungkinan kembali ke profesi semula karena menganggap bisnis tanaman tak ada prospek.

Di saat terjaga baru disadari jumlah penjual atau pedagang anthurium, sekarang meningkat hampir 600-700 persen dibanding dua tahun sebelumnya. Pantas saja semua orang bersikap menjual daripada membeli. Baru kita mau menjual, orang lebih dulu menawari.

Kecewa dan paranoid

Ada yang mengatakan bisnis yang sepi tak hanya anthurium. Aglaonema, sansevieria, puring, dan philodendron juga serupa. Namun, itu tak sepenuhnya tepat. Penjualan tetap berjalan. Hanya pembelian partai yang tak ada sama sekali. Banyak kolega bertanya: apa orang Indonesia sudah tidak lagi menyukai tanaman hias?

Sebetulnya harga tanaman sampai semester pertama 2008, praktis dibilang stabil, bahkan cenderung turun. Di pameran orang sibuk membanting harga. Namun, orang masih malas masuk ke lapak, membuat transaksi. Situasi yang terjadi saat ini seperti anomali: aneh, tak terbaca, tak tertebak, dan tak teraba. Cuaca dan perekonomian disebut sebagai biang keladi. Kebutuhan masyarakat meningkat dan daya beli justru merosot. Analisis yang menghibur mengatakan situasi ini tak hanya dialami oleh tanaman hias. Toko mas, tukang kelontong, penerbit buku, dan majalah pun mengalami nasib serupa: sepi.

Dari perspektif sempit, saya berpendapat, rakyat masih marah, kecewa, dan dendam pada anthurium yang dianggap menyengsarakan. Sebagian lain mengalami paranoid atau phobia akut sehingga benci pada semua tanaman. Ada juga kesal pada pedagang tanaman yang dianggap menjerumuskan hidup. Majalah atau tabloid tanaman hias ikut dimusuhi. Ketika mereka mencoba menawarkan alternatif baru, mereka langsung dicurigai, dianggap menyesatkan, dan menjerumuskan dalam mimpi sorga.

Saya bukan pakar ekonomi dan bukan paranormal. Saya sekadar pencinta tanaman hias. Jadi anjuran saya, cuci muka adalah cara terbaik setelah kita bangun tidur. Maksudnya, supaya wajah kita segar dan pandangan tidak nanar. Dengan itu kita pasti akan lebih mahir dan cerdas menyongsong hari esok.

Maksudnya, bila nanti muncul jagoan tanaman hias baru, selalu ambil posisi yang jelas. Kalau mau jadi pedagang, jadilah pedagang sejati, bukan spekulan atau penjudi. Jangan mencoba-coba menahan harga dengan harapan harga naik terus. Anthurium mengajarkan kita bahwa spekulan-seperti penjudi-yang hanya mengenal istilah kalah dan menang.

Bila memilih menjadi breeder, jadilah breeder sejati dan profesional. Jangan jadi breeder merangkap pedagang. Pedagang berpikir jangka cepat, menjual hanya barang yang fast moving. Sebaiknya seorang breeder atau petani mesti bersabar: berpikir jangka menengah dan jangka panjang.

Yang tak kalah penting, jangan menuding pihak lain sebagai pembuat harga tanaman terjun bebas. Dalam kasus anthurium, yang disalahkan barang impor. Kita lihat sendiri, yang bikin ulah ternyata kita sendiri. Sangat konyol, pistol kita arahkan ke depan, teman di belakang justru menohok kita.

Dan yang juga penting dicatat, kita sekarang tahu betapa pentingnya peran pemerintah untuk membantu membuka keran ekspor seluas-luasnya. Pemeritah harus tahu bahwa kita punya potensi, yang selama ini tidak pernah diperhitungkan. Ke depan mungkin Departemen Luar Negeri mesti dilibatkan mempromosikan tanaman Indonesia sehat dan bebas hama. Sementara Departemen Pertanian, atau pihak terkait di Indonesia harus menyederhanakan semua aturan yang bikin susah sekaligus memberi insentif kepada pengekspor. Bila Thailand bisa, kenapa kita tidak?

Ringkasnya, anthurium sudah memberi banyak pelajaran berharga bagi kita. Tapi jangan mau terpenjara oleh masa lalu, betapa pun indahnya masa lalu itu.
(Kurniawan Junaedhie, wartawan & pencinta tanaman hias)

Sumber Data: http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=7&artid=1388

PILIH MEDIA TANAH ATAU MEDIA ALTERNATIF?

Media tanah merupakan media alamiah tanaman sebagai tempat untuk melangsungkan hidup. Media tanah mempunyai bahan penyusun yang berasal dari pasir,debu dan liat. Besar persentase dari masing-masing bahan penyusun tanah ini berpengaruh terhadap tekstur tanah (liat, berpasir, lempung berpasir, lempung berliat, dsb).

Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap kemampuan tanah untuk mengikat nutrisi, air dan kondisi aerasi di daerah perakaran.

Apabila bahan penyusun tanah persentase liatnya lebih besar, maka kemungkinan besar akan menimbulkan masalah di daerah perakaran. Hal ini disebabkan (1) liat mempunyai kemampuan menahan air lebih lama, (2) aerasi di daerah perakaran berkurang dan (3) mengurangi pertumbuhan akar.

Demikian pula bila persentase pasir lebih besar, maka kemungkinan menimbulkan masalah (1) kondisi tanah cepat kering dan (2) kemampuan mengikat air dan nutrisi yang rendah, sehingga berpengaruh terhadap kesuburan tanah.

Namun dengan segala kelebihan dan kekurangan tekstur tanah, media tanah tetap tidak tergantikan oleh media alternatif (non tanah) karena kelebihannya dalam mengikat nutrisi, air dan menjaga keseimbangan kehidupan mikrobiologi tanah.

Demikian halnya dengan media alternatif mempunyai kelebihan, yaitu (1) media tanam tampak bersih, (2) ringan dan (3) mudah dirawat (mengganti/menambah media lagi).

Contoh media alternatif campuran sekam bakar dengan cocopeat, pasir malang dicampur dengan sekam bakar, zeolit dan cocopeat, dan sebagainya. Umumnya media alternatif ini tidak dikombinasikan dengan media tanah ataupun pupuk organik.

Namun media ini memerlukan penggantian media tanam alternatif setiap 1 tahun sekali untuk menjaga kemampuan untuk mengikat nutrisi dan air. Selain itu mencegah serangan dari hama Root Mealybug, karena hama tersebut menyukai lingkungan media alternatif yang cenderung kering dan lembab bila sudah terpakai lama.

Kombinasi antara media alternatif dangan media tanah dan pupuk organik dapat memberikan sinergi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Penggunaan secara bersamaan (mix) ataupun hanya media alternatif saja tentunya juga terkait dengan cara penyajian dan kepraktisan yang juga harus diimbangi dengan pemupukan secara rutin. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan tanaman tetap terjaga.
*** (Yudha Hartanto MSi., diolah dari berbagai sumber)

Sumber Data :
http://www.langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=285

Tiga Cara Pengairan Anthurium

(Dikutip dari buku Mengenal & Merawat Athurium Daunkarangan Hendra Tanjung & Drs. Agus Handoko)

Anthurium yang kebutuhan airnya tercukupi, tidak kurang tetapi juga tidak berlebihan, akan Tumbuh optimal membentuk sosok seperti yang diharapkan. Namun, sebagai tanaman yang menghendaki media tumbuhnya selalu lembab, hal yang merepotkan adalah bila anthurium ini akan ditinggal pergi dalam waktu yang cukup lama. Untuk itu, ada beberapa trik yang bisa dilakukan agar kebutuhan air anthurium tetap terpenuhi meski ditinggal bepergian dalam waktu relatif lama. Ketiga cara itu adalah:

  • Pengairan Tetes
    Cara pengairan tetes ini seperti infus pada pasien di rumah sakit, yaitu diberikan ke media tanam setets demi setetes. Alat yang dibutuhkan adalah wadah penampung air yang berlubang di bagian dasarnya, selang plastik dan pengatur tetesan air atau regulator yang bisa dibeli di toko perlengkapan akuarium. Pasang ujung selang pada dasar penampungan air sedemikian rupa sehingga nantinya air mengalir melalui selang tersebut, usahakan tidak terjadi kebocoran di sekitar lubang. Ujung selang yang satu ditancapkan ke dalam media, sementara di tengah-tengahnya dipasang regulator untuk mengatur tetesan air. Setelah itu taruh penampungan air di tempat yang lebih tinggi dari pot sehingga air mengalir turun melalui selang. Atur dengan regulator supaya air turun setetes demi setetes sehingga media selalu dalam keadaan lembap.
  • Pengairan Sumbu
    Trik ini memanfaatkan prinsip kapilaritas, yakni naiknya air dari bagian bawah ke atas melalui benda yang porous. Peralatannya hanya wadah atau bak air yang lebih besar dari pot, sumbu kompor yang belum dipakai, dan bata merah. Jika pot hanya memiliki satu lubang, masukkan ujung sumbu ke dalam media sampai tembus 1/3 bagian media tanam dan sisanya menjulur keluar. Jika pot memiliki dua lubang, ujung sumbu masuk ke salah satu lubang dan keluar melalui lubang lainnya. Sesudah itu, pot dimasukkan ke dalam wadah atau bak air yang telah diisi oleh air sampai separuh kedalamannya. Supaya dasar pot tidak terendam air, taruh dan ganjal dengan bata merah. Dengan cara ini air tidak akan naik melalui sumbu dan melambapkan media tanam.
  • Pot Ganda
    Menjaga kelembapan media tanam dengan trik pot ganda adalah memasukkan pot anthurium ke pot lain yang lebih besar tetapi ukurannya lebih pendek. Ruang kosong di antara kedua pot tadi kemudian diisi moss atau pasir basah yang akan menjaga kelembapan media tanam selama ditinggal pergi.
Sumber Data: http://www.kembangdaun.com/tips_artikel

MEDIA BEKAS HARUS DIBUANG ?

Beberapa kiriman email menanyakan apakah media pakis bekas harus dibuang dan tidak bisa digunakan lagi ? Adakah cara atau bahan untuk mendaur ulang pakis bekas ? Gangguan apa yang terjadi kalau menggunakan media bekas ?

Memang lebih baik menggunakan pakis yang benar-benar baru untuk penggantian media, tetapi dibeberapa daerah yang sulit mendapatkan pakis atau mungkin kita merasa sayang membuangnya ada cara untuk lebih amannya menggunakan pakis bekas. Tapi sebelumnya perlu kita tahu apa saja yang menjadi kekurangan dan sebab gangguan media pakis bekas.

Pakis bekas tentu saja berbeda tingkat keasaman (ph) dan banyaknya bakteri, jamur, sisa-sisa pupuk kimia yang merugikan, dan lain-lain yang tentu saja tidak baik kalau langsung digunakan kembali atau tanpa diolah lebih dulu. Saya sendiri biasanya menggunakan kapur untuk menetralkan keasaman dan menjemur pada terik matahari dengan disemprot fungisida dan bakterisida terlebih dulu atau juga bisa dengan cara sangrai tetapi karena umumnya pakis bekas sudah lapuk dan gampang sekali menjadi hancur dan lembut yang tentu saja kurang baik pada sirkulasi udara yang dibutuhkan akar untuk pernafasan.

Mengenai kandungan unsur hara tidak jauh berbeda karena pakis baru pun sangat miskin kandungan unsur haranya. Karena itulah media pakis biasanya dicampur dengan kompos atau pupuk kandang dan pupuk kimia dalam berbagai bentuk. Dalam media bekas sisa-sisa ( ampas ) dari bahan-bahan tersebut yang merugikan dan kemungkinan tumbuhnya gangguan penyakit cukup besar.

Untuk pemakaian kembali pakis bekas lebih baik diberi beberapa buah arang pada sekitar akar, atau bisa juga menggunakan daun tembakau dan beberapa media lain yang bisa menyerap zat-zat merugikan pada media pakis bekas tersebut. Semoga bermanfaat.

Sumber Data :
http://dk-breakthrough.blogspot.com/2008/04/media-bekas-harus-dibuang.html


VARIEGATA BUATAN : WASPADALAH !

Selama ini sudah banyak teknik untuk membuat Anthurium menjadi variegata, tetapi pada umumnya menggunakan zat kimia yakni K**kisin yang membuat daun baru menjadi putih total, ada juga yang menggunakan beberapa bahan tetapi kelemahannya pada bercak putih yang samar dan terlihat kurang segar daunnya, dan perlahan-lahan kembali ke warna hijau seperti semula.

Selama kurang lebih setengah tahun, saya melakukan berbagai percobaan untuk membuat Anthurium bermutasi variegata yang terlihat seperti variegata alami. Dan akhirnya saya menemukan formula yang tepat untuk itu, memakai berbagai bahan dari tumbuhan yang mudah ditemukan di alam. Saya melakukan percobaan ini dengan berbagai komposisi bahan untuk memanipulasi kromosom pada Anthurium.

Tetapi detail tekniknya tidak mungkin saya tulis disini, karena begitu banyaknya artikel di blog ini yang di Copy Paste orang lain. Lagi pula, teknik ini juga bisa digunakan untuk melakukan penipuan konsumen untuk memperoleh keuntungan yang besar. Mungkin saya akan lelang penemuan saya dengan harga mahal tentunya, tapi itu tidaklah penting bagi saya. Tujuan utama saya hanya mengingatkan para pecinta tanaman hias khususnya jenis variegata untuk lebih jeli dan waspada karena mungkin saja sudah banyak teknik variegata buatan yang sangat sulit dibedakan dengan variegata alami oleh orang yang tidak berpengalaman.

Kelebihan teknik saya adalah warna daun menjadi dominan putih dengan bercak hijau yang merata sampai ujung daun dan daun tidak berubah bentuk menjadi kerdil atau abnormal. Warna juga terlihat segar dan sehat dan tidak kembali ke warna hijau. Tetapi teknik ini juga masih ada kelemahannya, treatment variegata harus selalu dilakukan ketika sudah terlihat tanda-tanda munculnya tunas baru, apabila tidak dilakukan maka pada daun baru bercak putih kurang merata dan warna hijau lebih dominan. Ke depan, saya akan terus melakukan percobaan untukmemperoleh formula yang bisa menutupi kelemahan tersebut.

Dibawah ini saya akan memberikan foto untuk lebih jelasnya dan bisa menambah pengetahuan bagi para pecinta tanaman hias agar bisa lebih jeli dan tidak tertipu oleh variegata buatan. Bisa anda bayangkan, berapa keuntungan yang saya dapat seandainya teknik ini saya gunakan pada sebagian Anthurium saya? Hal seperti ini pernah saya alami pada saat maraknya Anthurium Bunda Menangis, saya menguraikan proses ilmiah tentang Gutasi dan Teknik Gutasi Buatan dalam waktu 3 hari. Saat itu banyak pihak yang memusuhi saya, karena Anthurium Bunda Menangis mereka tidak berharga mahal lagi. Ironisnya banyak media cetak yang menulis ulang artikel saya dan menyebutkan bahwa artikel itu dari orang lain. Inikah Indonesia ? Mengapa karya cipta seseorang tidak dihargai di Republik ini ? Tetapi banyak juga kok orang yang bersimpati dengan saya dan mendorong saya untuk membuat karya yang lebih banyak dan bermanfaat bagi orang banyak.

Sumber Data:
http://dk-breakthrough.blogspot.com/2008/03/variegata-buatan-waspadalah.html

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEKNIK SPLIT

Perbanyakan Anthurium bisa dilakukan dengan biji dan split ( pemisahan ). Mengenai cara dan tekniknya sudah banyak ditulis di media massa ataupun artikel di Internet. Disini saya hanya menulis tentang apa saja yang harus diperhatikan dalam proses split Anthurium.

Cara split bisa dilakukan pada saat masih anakan ( memisahkan dengan menyisakan sedikit umbi bonggol untuk tumbuhnya akar dan tunas. Paling mudah dilakukan pada Anthurium yang tumbuh rumpun lebih dari satu ( tinggal memisahkan rumpun satu dengan yang lain ). Pada tanaman dewasa ( induk ), teknik split dilakukan dengan memotong bonggol menjadi beberapa bagian selama masih ada ruas tunas pada bonggol dan sedikit akar akan memunculkan tunas anakan baru.

Kelebihan cara ini adalah pertumbuhan yang lebih cepat tumbuh besar dibandingkan Anthurium yang berasal dari biji. Dan kelemahan teknik split adalah sosok Anthurium sulit untuk tumbuh roset dan kompak, baik tajuk daun ataupun besar dan panjang daun terlihat kurang proporsional. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan perawatan yang bagus dan proses penyinaran matahari yang merata untuk membentuk tajuk daun yang bagus.

Apakah produktivitas indukan yang berasal dari split akan menurun dibandingkan indukan dari biji ? Menurut pengalaman saya memang indukan dari split akan menurun tapi tidak terlalu jauh perbedaannya dengan indukan dari biji. Dalam ilmu tanaman memang mengatakan demikian. Tapi perlu diketahui bahwa jumlah biji dari tongkol juga dipengaruhi oleh proses penyerbukan dan kebutuhan nutrisi yang memadai. Masing-masing jenis pada tanaman Anthurium juga berbeda besar tongkol dan produktivitas biji yang dihasilkan. Misal, Tongkol Gelombang Cinta bisa menghasilkan ribuan biji yang tentu saja berbeda dengan jenis Hybrid seperti Black Beauty yang hanya bisa menghasilkan ratusan biji dalam setiap tongkolnya.

Supaya proses split berhasil sesuai keinginan, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

1.Tanaman yang akan displit ( pemisahan ataupun potong bonggol ) harus dalam keadaan sehat bebas dari gangguan hama penyakit ataupun kurang nutrisi. Jika terserang jamur maka harus diobati dulu sampai benar-benar sembuh.

2.Gunakan pisau yang tajam dan steril untuk menghindari kebusukan pada bekas luka pemotongan.

3.Berikan Fungisida / Anti jamur pada luka potongan.

4.Tempatkan tanaman ataupun bonggol yang baru displit ditempat yang teduh bebas dari sinar matahari sampai pertumbuhan tunas terlihat.

5.Kelembaban media tanam harus dijaga jangan sampai terlalu basah, bisa menggunakan pasir sebagai campuran

6.Pada bonggol yang muncul beberapa tunas jangan terburu-buru untuk memisahkannya. Tunggu sampai muncul 2-3 daun.

7.Berikan nutrisi perangsang tumbuhnya akar dan tunas dengan dosis yang benar.

8.Jika beberapa tunas baru tidak tumbuh seimbang ( yang satu sudah besar sedangkan yang lain pertumbuhannya berhenti ) pisahkan dengan menyisakan akar yang lebih banyak untuk tunas yang lambat tumbuhnya .

Semoga Bermanfaat...

Sumber Data:
http://dk-breakthrough.blogspot.com/2008/03/kelebihan-dan-kelemahan-teknik-split.html

MEMBUAT BIJI ANTHURIUM TAHAN LAMA

Terkadang saat kita memanen biji-biji Anthurium dari tongkol yang matang siap panen, mungkin dengan kesibukan/pekerjaan lain atau kepentingan untuk menjual kembali dalam bentuk biji kita harus menunda untuk segera menyemai biji-biji tersebut. Bagaimana cara agar biji-biji tersebut lebih tahan lama dan tetap tumbuh dalam proses penyemaian nantinya ?

Sebenarnya kunci terpenting terletak pada suhu dan kadar air yang terkandung dalam biji-biji tersebut. Biji harus diletakkan dalam wadah/ruangan yang benar-benar kering dan suhu idealnya adalah 26-30 derajad Celcius, karena dalam kondisi lembab dan basah biji tersebut akan segera tumbuh tunas dan rawan membusuk akibat serangan cendawan. Sementara kadar air dalam biji tidak boleh lebih dari 10%.

Di samping itu sirkulasi udara juga harus lancar dan jangan disimpan dalam wadah yang benar-benar tertutup. Dan yang harus diperhatikan, lendir yang menyelimuti biji harus dibersihkan dan diangin-anginkan sampai kandungan air berkurang.

Biji-biji tersebut diletakkan diatas kain kasa atau kertas tipis/tissue yang kering sampai waktunya disemai, tetapi alangkah baiknya biji tersebut disemai jangan sampai melebihi 2 minggu, karena otomatis prosentase keberhasilan biji bias tumbuh tunas akan menurun. Untuk waktu yang lebih lama sebenarnya ada zat/larutan pengawet kimia yang bisa digunakan dan bertahan lebih dari sebulan. Tapi bagi anda yang kurang pengalaman alangkah baiknya kalau tidak menggunakan cara tersebut.

Sumber Data:
http://dk-breakthrough.blogspot.com/2008/04/membuat-biji-anthurium-tahan-lama.html

Trend Anthurium oleh Pak Robert Pramono

iya semoga kita sekarang tidak sedang tersesat dalam menjalani hobby yang termasuk mahal ini. :)

harga anthurium menurut saya sedang di bawah (sudah termasuk murah di banding bulan oktober 2007 kmarin), beberapa orang masih berharap akan tjadi penurunan harga lagi supaya bisa belanja untuk stok musim kemarau nanti. tapi saya lihat di sekitar kami, sudah banyak pemain/pedagang yang belanja besar sampai ratusan bibit. menurut saya harga akan turun dikit
lagi kemudian masuk musim kemarau harga akan beranjak naik.

ttg. harga yang bervariasi itu kompleks pak. lain daerah lain bandrol, krn tanaman hias nilainya absurb. berani jual murah mungkin karena itu hasil panenan sendiri, karena dah balik modal dijual murah pun dia masih untung. bisa jg krn barang tersebut palsu, misal jenmanii pluto yang waktu 2dn sama persis dng jenmanii ular2an, sehingga supaya cepet habis barang dijual murah saja tp dengan nama yang lebih gahar. bisa jg karena perjalanan bibit tsb dah beralih tangan terlalu banyak dan masing2 tangan pingin ngambil untung. dengan adanya kemajuan informasi sekarang harusnya harga cepat terkoreksi, karena orang memungkinkan tahu harga lain daerah dalam waktu singkat, kan tinggal SMS aja . klo mau beli, paling aman emang datang ke petani langsung, lihat induknya, yakin barangnya, bandingkan dng harga orang lain, nilai harganya pantas ato gak, putuskan beli/tidak.

klo meredup ketenarannya.. meredup jelas enggak ya, justru makin terkenal di masyarakat, karna telah berhasil membuat petani jadi kaya dan banyak jg orang yang bangkrut krn beli harga tlalu tinggi dan sekarang harga lagi di bawah. klo sekarang harganya meredup jelas iya. saya kira mendekati agustus harga akan naik tapi tidak akan sedasyat tahun marin. orang berduitpunakan lebih hati2 dalam membelanjakan uang. pebisnis dah tahu produk akan lebih selektif. investor jg tidak akan senekat tahun kmarin yang menukar uang ratusan juta untuk satu indukan anthurium.

dulu tahun 2006 sudah ada petani yang bangkrut krn jual sawah dan sapinya untuk digadai dng anthurium tp butuh uang untunk makan saat harga lagi di bawah.

tahun 2007 kmarin jg banyak investor yang kecele beli ratusan juta induk anthurium tp. lum kejual mpe sekarang dan tidak bisa memelihara bijinya.

Tahun 2008 anthurium akan sudah sampai ke end user dengan harga yang pantas dan masuk akal. trend tanaman lain mungkin tidak terjadi.

tahun 2009 tanaman hias cooling down krn pemilu presiden, kecuali klo peserta pemilu mengganti money politik dng suvenir tanaman hias macam gel. cint ato jenmanii. :)

just sharing pak... saya sok tahu bgt ya? maaf kalo ada kata yang salah.

salam
robert pramono

sumber data: milis anthurium 10 April 2008

Potong Daun untuk pembentukan roset Oleh Pak Setyo Adji Koemoro

Pertama kita lihat dulu karakter pertumbuhan daun tanamannya dulu pak, karena pertumbuhan daun tiap tanaman sering berbeda. Juga type tangkainya. Kalau Anthurioum daun panjang tangkai agak panjang, susah untuk dibuat roset.
Pertumbuhan daun ada yang menyegi 3, menyegi 4 dan ada juga yang spiral. Biasanya, pemotongan daun dilakukan kalau ada beberapa daun yang terganggu pertumbuhannya, bertangkai memanjang dibanding yang lainnya, atau sobek. Untuk mencapai roset nantinya, disarankan memotong daun yang rusak/terganggu itu, terus sampai seluruh daun yang dibawahnya. Kalau daun yang akan dipotong lebih dari 5, sebaiknya lakukan bertahap. Hari ini potong2, selang 3 hari potong lagi 2, dst, biar gak terlalu stress.
Jangan sekaligus menghabiskan daun. Sisakan minim 2 lembar. Kalaupun yang 2 lembar paling atas ini rusak, ya tunggu sampai tanaman mengeluarkan sampai 2 daun baru, barulah yang lama itu dipotong.
Syarat utama pembentukan roset :
1. Usahakan tanaman berada ditempat yang cukup kena sinar matahari dari pagi sampai sore. Kalaupun tidak bisa, carikan tempat yang paling tidak kena sinar pagi-siang, jangan siang-sore. Pada kondisi tempat yang terbatas jam kena sinar, harus dilakukan pemutaran pot 2 hari sekali.
2. Sebisa mungkin jangan memindah-2 kan pot tanaman tsb. Usahakan ditempat yang tetap. Ini karena kalau dipindah-2. intensitas cahaya yang dia dapatkan berubah-2, sehingga mempengaruhi pertumbuhan daunnya.

Jadi, jawabnya betul dengan pruning bisa menghasilkan tanaman roset, asal dilakukan dengan cara yang benar.
Semoga bermanfaat.

Salam
Oy [Setyo Adji Koemoro ]

Sumber Data: Milis Anthurium 10 April 2008