Teh Hitam untuk Jantung, Teh Hijau Sehatkan Otak

Teh Hitam untuk Jantung, Teh Hijau Sehatkan Otak

Nurfi Afriansyah Peneliti pada Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes, anggota Persagi (Persatuan Ahli Gizi)

Menurut legenda kuno China, teh ditemukan secara kebetulan oleh Kaisar China Shen- Nung --bukan Shennong, sebagaimana ditulis Kompas (21/3)-- pada tahun 2737 SM.

Konon, pada suatu perjalanan tugas luar, ketika anggota rombongannya sedang memasak air untuk minum, daun-daun dari semak-semak teh liar secara tak sengaja jatuh ke dalam air itu. Shen-Nung mendapati bahwa minuman tersebut nikmat rasanya. Kemudian, ia menganjurkan teh untuk obat gangguan ginjal, demam, infeksi dada, dan tumor, khususnya yang terjadi di seputar kepala.

Anjuran Shen-Nung itu mungkin berlebihan, tetapi penelitian membuktikan, minuman yang paling digemari di dunia sesudah air minum ini dapat mencegah penyakit-penyakit kronis, antara lain batu ginjal, penyakit jantung, dan pikun.

Segera setelah dipetik, daun-daun teh diangkut ke tempat pengolahan untuk diproses dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan dari proses pengolahan yang dilaluinya menghasilkan perbedaan nyata dalam warna dan cita rasa dari teh yang siap diseduh. Namun, ada tiga produk dasar teh yang biasa dikonsumsi di dunia; teh hitam, teh oolong, dan teh hijau.

Teh hitam adalah teh berwarna hitam kecoklat-coklatan, bercita rasa "kaya", yang dihasilkan lewat proses fermentasi. Adapun teh hijau ialah teh berwarna hijau yang dihasilkan melalui proses pengukusan cepat untuk menghambat terjadinya perubahan warna daun dan terjadinya fermentasi.

Adapun teh oolong adalah teh yang agak menyerupai teh hitam dan teh hijau, yakni teh yang setengah difermentasi atau fermentasi dihentikan sebelum proses berlangsung sempurna. Teh tersebut berwarna coklat kehijau-hijauan dengan cita rasa lebih "kaya" dari teh hijau tetapi lebih "lembut" dari teh hitam.

Teh memasok beberapa zat gizi mikro (terutama fluor dan vitamin K) dan fitokimia, khususnya polifenol flavonoid, senyawa antioksidan yang banyak dijumpai dalam tanaman obat. Teh mengandung beberapa polifenol flavonoid, yaitu flavanol dan flavonol. Jenis teh, macam dan kandungan polifenol flavonoidnya, dapat dilihat dalam tabel.

Teh juga mengandung asam-asam amino, terutama theanine. Riset memperlihatkan bahwa theanine dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dengan merangsang sel-sel T. Efek ini replicated dengan konsumsi teh yang lazim pada manusia (5-6 cangkir atau 1185-1422 ml per hari).

Walaupun terdapat bukti kuat bahwa teh melindungi dari kanker yang diinduksi secara kimia pada hewan percobaan, tetap belum jelas apakah minum teh menurunkan risiko kanker pada manusia.

Namun, sejumlah studi lain menunjukkan, konsumsi teh dapat meningkatkan kepadatan tulang, mengurangi risiko batu ginjal, mengurangi risiko kerusakan dan lubang-lubang pada gigi. Ekstrak teh hitam meningkatkan konsentrasi fluor di permukaan gigi dan menurunkan cariogenicity dari pola makan yang berkadar gula tinggi.

Kurangi penyakit jantung

Banyak penelitian epidemiologis yang sudah menguji hubungan antara minum teh dan risiko penyakit kardiovaskuler (penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah). Meta-analisis yang menggabungkan data dari 10 riset kohor prospektif dan tujuh studi kasus kontrol menyimpulkan, peningkatan dalam konsumsi teh tiga cangkir besar (710 ml) setiap hari berkaitan dengan penurunan 11 persen dalam risiko infark -- kematian jaringan karena gangguan perdarahan-- otot jantung.

Penelitian enam tahun yang dilakukan pada laki-laki dan perempuan Belanda mendapati bahwa orang-orang yang minum tiga cangkir teh sehari memiliki risiko infark otot jantung secara signifikan lebih rendah daripada yang tidak mengonsumsi.

Riset tujuh tahun yang dilakukan terhadap perempuan Amerika Serikat menemukan, risiko kejadian-kejadian penyakit pembuluh darah secara signifikan lebih rendah pada sejumlah kecil perempuan peminum teh hitam empat cangkir teh tiap hari. Secara keseluruhan, data mutakhir membuktikan bahwa konsumsi teh hitam tiga cangkir atau lebih per hari dapat mengurangi risiko infark otot jantung secara moderat.

Turunkan kepikunan

Studi terbaru dilaporkan Kuriyama dan sembilan koleganya dalam American Journal of Clinical Nutrition Februari 2006, memperlihatkan bahwa teh hijau dapat membantu mengurangi risiko demensia (kemunduran fungsi berpikir).

Penelitian itu dilakukan terhadap 1.003 orang Jepang berumur 70 tahun ke atas. Para peneliti menemukan, orang-orang yang minum teh hijau dua cangkir (200 ml) atau lebih setiap hari mengalami lebih sedikit kemunduran fungsi berpikir dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi teh hijau lebih sedikit.

Polifenol teh hijau, khususnya EGCG, mungkin menjelaskan hal tersebut. Riset sebelumnya mendapati teh dan polifenol teh (terutama polifenol teh hijau) dapat beraktivitas melindungi saraf, yang dapat membantu memperbaiki penyakit-penyakit kemunduran saraf, seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson. Selain berkhasiat antioksidan, EGCG mempunyai efek melindungi dan menyelamatkan saraf antara lain dengan meningkatkan aktivitas pertumbuhan neurite.

Sifat melindungi dari teh hijau di atas mungkin menjelaskan mengapa tak banyak orang-orang tua di Jepang yang menjadi pikun dibandingkan dengan orang-orang di Eropa dan Amerika Utara.

Cara Menyeduh Teh

Agar manfaat kesehatan teh dapat diperoleh secara optimal, di samping jumlah yang diminum, cara menyeduh teh perlu pula diperhatikan.

Kandungan flavonol, khususnya kuersetin, teh hitam yang diseduh dari bahan teh celup (dibuat dari daun-daun teh yang lebih kecil atau telah hancur) umumnya lebih tinggi daripada teh hitam yang diseduh dari teh serpihan (dibuat dari dedaunan teh yang lebar-lepas).

Studi Hertog dan kawan-kawan menunjukkan, teh hitam yang diseduh dari teh celup 4-5 gram mengandung kuersetin 17-25 mg/l, sedangkan teh hitam yang diseduh dari teh serpihan mengandung kuersetin lebih rendah (10-13 mg/l).

Kadar flavonoid dalam teh oolong biasanya lebih rendah (5-13 mg/l) daripada kandungan flavonoid teh hitam. Adapun jumlah flavonoid yang dijumpai pada seduhan teh hijau sebanding dengan kadar rata-rata flavonoid yang ditemukan dalam teh hitam.

Flavonoid yang dihasilkan teh hitam agak lebih tinggi bila waktu penyeduhan diperpanjang hingga 10 menit, tetapi tidak meningkat lagi sesudah 10 menit.

Waktu penyeduhan teh selama 20 menit, sebagaimana lazim dilakukan di beberapa negara seperti Inggris, tak mengakibatkan peningkatan penting dalam kandungan flavonoid yang dihasilkan. Teh yang diseduh dengan menuang 500 ml air mendidih pada 5 gram daun teh—dengan lama penyeduhan lima menit—mengandung flavonoid-gabungan 30-40 mg/l.

Kendati sarat manfaat kesehatan, konsumsi teh kental dan lebih banyak dari jumlah itu dapat sedikit menimbulkan masalah, terutama untuk orang yang konsumsi zat besinya rendah. Ini karena, tanin yang terkandung dalam teh dapat mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh. Zat besi berikatan dengan tanin membentuk ikatan kompleks yang tidak larut pada sistem pencernaan makanan. Akibatnya, zat besi tak dapat diserap oleh tubuh dan akan dikeluarkan via feses (tinja). Ini dapat menyebabkan timbulnya anemia karena kurang zat besi.

Bagi orang yang tak ada masalah dengan anemia gizi besi, minum teh jelas lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan mudaratnya. Penelitian modern yang dipaparkan di atas memperkuat pepatah kuno drinking tea each day will starve the doctor (minum teh setiap hari akan mengurangi kunjungan kita ke dokter). ****

Sumber Data: http://64.203.71.11/kesehatan/news/0604/29/033247.htm